Senin, 08 Desember 2014
Batu Akik Khas Klawing Juarai Kontes ASEAN
Batuan
Sungai Klawing tidak kalah kualitasnya dengan batuan yang ada di daerah
lain atau di dunia. Buktinya, batu khas Sungai Klawing jenis Pancawarna
dengan motif pemandangan alam berhasil menjuarai kontes Batu mulia
tingkat ASEAN di Jakarta baru-baru ini. Batu milik Sugeng Setyono dari
Kios Batu Raden Klawing, warga RT 03/01 Desa Keradenan berhasil mengalahkan ribuan batu kontestan lain dari seluruh Indonesia dan Negara ASEAN lainnya.
Pemenang kontes SugengSetyono mengatakan, jenis batu yang diikutkan kontes itu bermotif pemandangan alam berupa pantai dengan diameter lima centimeter berbentuk bulat lonjong. Batu dengan motif alam tersebut baru pertama kali diikutan lomba dan langsung bisa meraih juara.
Setelah memenangi perlombaan tingkat Asia Tenggara , batu tersebut saat ini tengah diterbangkan ke Kanada untuk mengikuti kontes batu mulia tingkat internasional. Sehingga, batuan asal Purbalingga bisa diukur kualitasnya dengan batuan lain yang ada di dunia.
Untuk diketahui, batu-batu dari Sungai Klawing Purbalingga, akhir-akhir ini mulai naik pamor di kalangan pecinta batu mulia. Paling tidak ada dua batu yang menjadi buruan kolektor yaitu Pancawarna dan Nogosui.
Jenis batuan Nogosui ini, di Eropa sering kali disebut sebagai batu darah kristus atau Le Sang du Christ. “Saat ini bahan mentah harganya juga sudah tinggi mencapai ratusan ribu, padahal dua tahun lalu paling mahal Rp 5 ribu
Pemenang kontes SugengSetyono mengatakan, jenis batu yang diikutkan kontes itu bermotif pemandangan alam berupa pantai dengan diameter lima centimeter berbentuk bulat lonjong. Batu dengan motif alam tersebut baru pertama kali diikutan lomba dan langsung bisa meraih juara.
Setelah memenangi perlombaan tingkat Asia Tenggara , batu tersebut saat ini tengah diterbangkan ke Kanada untuk mengikuti kontes batu mulia tingkat internasional. Sehingga, batuan asal Purbalingga bisa diukur kualitasnya dengan batuan lain yang ada di dunia.
Untuk diketahui, batu-batu dari Sungai Klawing Purbalingga, akhir-akhir ini mulai naik pamor di kalangan pecinta batu mulia. Paling tidak ada dua batu yang menjadi buruan kolektor yaitu Pancawarna dan Nogosui.
Jenis batuan Nogosui ini, di Eropa sering kali disebut sebagai batu darah kristus atau Le Sang du Christ. “Saat ini bahan mentah harganya juga sudah tinggi mencapai ratusan ribu, padahal dua tahun lalu paling mahal Rp 5 ribu
Langganan:
Postingan (Atom)